Makassar,2007
Barusan saja engkau menelponku.Bangunkan aku nan Suaramu masih lembut,masih ramah, seperti 4 hari yang lalu ketika engkau memberikan keputusan itu.
Hanya aku merasa tak enak hati menganggumu dengan cara seperti ini.Aku selalu ingin menuliskan setiap kisah yang berkesan di hati ini. Menceritakan gelisah dan gembiraku.
Setelah keputusanmu kemarin,aku takut engkau akan terdzolimi oleh curhatanku yang bisa saja membuat langkahmu untuk menjalin hubungan dengan Perempuan yang lebih baik dariku jadi terhambat.
Kalau diriku,tak usah juga engkau risaukan.
Aku sudah terbiasa kecewa karena cinta.Meskipun ketika mencintai seseorang aku membutuhkan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun agar bisa melupakan. Tapi itu tak masalah. Akupun tak khawatir apakah setelah melabuhkan hati kepadamu masih bisa dicintai Laki-laki lain.Karena,aku sudah menyerahkan masa depanku pada Allah. Biarkanlah Allah yang memilihkan sosok terbaik untukku.
Kalaupun cibiran menerpa diri karena perjuangan mengharapkan cinta berakhir dengan kehinaan, aku pun rela menerima,,asalkan aku tak menyisakan beban berat di hatimu,,asalkan tiada tersisa sakit atas cinta yang kupintakan beberapa waktu ini kepadamu.
Setelah ini aku akan pergi jauh.
Membawa nasibku yang entah kemana akan berlabuh. Aku tak ingin putus asa kecewa karena cinta.
Aku ingin terus hidup dengan senyuman seraya berharap engkau pun bisa melanjutkan hari dengan senyuman pula.
Karena,cinta ini lahir dari nurani.
Yang sejak semula telah berbalut dengan keikhlasan.
Terangkai dengan kelapangan hati menerima apapun jawaban yang akan engkau diberikan.
Cinta memang tak harus memiliki.
Namun,hadirmu akhir-akhir ini telah jadikan hari-hariku begitu indah.
Masih banyak cita dan harapan yang akan kita tuju.
Entahlah...